Kejadian ini
tidak pernah kuduga sebelumnya, Selama ini rumah tanggaku berjalan baik
dan aku tidak pernah melakukan hubungan sex selain dengan suamiku
sendiri. Ade, suamiku seorang kontraktor yang cukup besar di kota Malang
Jawa Timur, hampir setiap hari waktunya habis dikantor untuk mengurus
proyek dan proyek
nya. Aku sendiri Dini menikah dengan Ade, kakak tingkat
kuliahku di Perguaruan Tinggi Bandung, 2 tahun diatasku.

Kehidupan
seksku biasa saja, dan cenderung membosankan padahal kurasakan sampai
sekarang gairahku cepat sekali memuncak dan kalau melakukan hubungan
intim aku suka sekali berlama- lama menikmati dengan berbagai variasi,
tetapi suamiku orangnya kuno dalam melakukan hubungan sex dengan cara
yang biasa saja, dia diatas dan aku dibawah, kadang aku kepingin juga
cara lain seperti pada video porno yang pernah kulihat saat suamiku
pergi, tapi tidak pernah kesampaian, karena pernah kuutarakan pada
suamiku dia tidak menjawab apapun, sehingga kadang aku merasa tidak
puas.
Untuk
mengisi waktu luang aku sempatkan mengikuti kegiatan kesehatan berupa
senam pada sanggar senam tertentu hal ini aku lakukan untuk menjaga
stamina dan juga tubuhku biar tidak gembrot, dan hasilnya lumayan saat
ini tinggi badanku 165 cm, rambutku hitam pekat, mata coklat, pinggangku
cukup ramping pantat juga berisi dan yang penting payudaraku tidak
kendor walaupn pernah menyusui dan ukurannya cukup membuat orang menelan
ludah 36C.
Aku sengaja
mengambil jadwal pagi karena siang sedikit aku harus sudah rapi berada
dikantor pribadiku. Setelah membereskan urusan rumah aku bersiap
berangkat menuju tempat senam, dengan memakai T shirt Kuning cukup ketat
dan celana senam aku memagut diri dikaca, Yach,… lumayan juga pikirku,
dengan tshirt tersebut payudaraku seakan tertekan dan hendak melompat
keluar, aku sadari itu.
Pagi ini
berbeda sekali tempat senam hampir penuh, aku duduk sendiri ditepi
sambil mempersiapkan baju senamku, aku menuju kekamar ganti kudengarkan
ada beberapa suara ibu-ibu cekikikan sambil menceritakan pengalamannya,
Ah,… gila pikirku, mereka suka sekali sama laki-laki muda usia untuk
permainan sexnya.
“Iya Jeng
Nik,… tadi malam itu seru lho, aku tidak menyangka Dion begitu perkasa,
aku dibuatnya tak berkutik dalam 4 ronde sekaligus, padahal kelihatan
dia paling pendiam ya disini, dan permainannya,………. Yahuuut lho, memekku
sampai seperti mati rasa,……” Cerita salah satu ibu peserta senam.
….. Kalo yang itu sih lumayan, tapi permainannya masih hebat si Dion, Awalnya saja aku sudah keder dibuatnya.”
”Masa,… aku
jadi pengin mencobanya jeng,…… Lihat aja ya nanti,… aku habisin dia
dengan segala tenagaku,…” celetuknya dengan geregetan.
Pembicaraan
terus berlangsung secara tidak sadar aku terbawa ikut memikirkan Dion,…
Apakah Dion itu pelatih senam yang baru 2 bulan melatih ditempatku, kalo
lihat cirinya pendiam dan acuh sih memang dia,…tanpa terasa tanganku
telah berada diantara dua pahaku terasa hangat dan kuraba pelan memeku
dari luar baju sanam ah,…. Cepat-cepat kubuang pikiran buruk itu aku
tidak ingin terjadi sesuatu. Semakin kupikir semakin berkecamuk pikiran
itu ada. Aku ingat waktu itu Dion memang sempat menjadi buah bibir
dikalangan ibu-ibu tempatku senam tapi aku tidak pernah sedikitpun ikut
didalamnya. Apakah dion itu ya yang dibicarakan ibu-ibu. Pertama kali
masuk Dion memang sempat grogi disoraki oleh ibu-ibu bahkan sempat
membuat wajahnya memerah ketika perkenalan ibu-ibu menanyakan statusnya.
Bahkan salah satu ibu ada yang nyeletuk menanyakan besar tidaknya
ukuran vital Dion, dan hanya dijawab dengan senyum saja.

”Tok,..
Tok,… Tok,…..” Aku terkejut mendengar pintu kamar ganti diketok dari
luar, ah kiranya cukup lama juga aku berada dikamar ganti, cepat cepat
kekemasi barangku dan keluar menuju hall senam, disana masih banyak ibu
bergerombol menunggu waktu senam berlangsung.
Aku duduk
sendiri sambil minum teh hangat, tiba-tiba disebelahku duduk empat
ibu-ibu yang nampaknya cukup centil dengan usia yang bervariasi. Sambil
berbasa-basi dia memperkenalkan diri dan aku agak terkejut karena suara
dan namanya sama dengan yang ada di kamar ganti sebelahku tadi.
”Eh jeng
Dini kan sudah lama ikut disini, udah pernah nyoba-nyoba rasa lain nggak
selain rasa suami,……Dengan cara arisan bersama,… enak lho jeng, rugi
kalo nggak mencobanya” celetuknya berbisik hati-hati,…… Sambil sesekali
melirik Nanik. Merah wajahku rasanya, karena selama ini tidak pernah aku
temukan orang yang bicara terbuka seperti itu,…
“E,…. E,…..
ti,… ti,… dak kog,.. ini apa ya,…. Aku gelagapan. Dan serempak dua ibu
tadi tertawa berbahak-bahak,…… Ah,… masa jeng Dini, lha wong sekarang
fasilitas sudah banyak kog tidak dipergunakan, yach,… JUST FOR FUN saja
kog, kalo habis yang dibuang to jangan dibawa pulang bungkusnya bisa
bahaya ya jeng Nanik,”
“Iya lho
Jeng Dini kita ini kan punya kelompok disini yang kadang bikin acara
enjoy bersama dan tertutup sekali lho, tidak semua ibu boleh ikutan
disini, Tak lihat jeng Dini mulai pertama ikut senam tidak pernah ada
teman dan menyendiri, apa salahnya kalo bergabung dan menikmati menu
baru kami.”
Gila orang-orang ini Jeng Nanik pintar juga ngomong gituan, belum sempat aku berpikir dan menjawab mereka menyela lagi.
“Sudah lah
jeng Dini ,…. Ikut aja rahasia pasti terjamin kok,.. dan yang penting
ada menu baru tiap bertemu”. Sambil menarik tanganku menuju hall senam
Konsentrasiku
bubar selama senam aku secara tidak sengaja hanyut oleh pikiran
ibu-ibu, dan kebetulan pelatihku hari ini Dion. Kuperhatikan seksama
Dion cukup keren juga Tongkrongannya bodinya bagus, otot-ototnya nampak
menyembul, dan,…. Ayooo,… hap,… satu,… dua,… renggangkan kaki,…
perintahnya. Dia menghadap peserta senam dan,… Alamak,… otot diantara
kedua selangkangannya tertekan oleh baju senamnya nampak menyembul keras
dan cukup panjang, aku jadi berpikiran yang bukan bukan, seandainya
bisa kugenggam dan kulakukan seperti di video porno itu enak kali
ya,…….Gila,… pikirku aku kok jadi gini.
Senam sudah
usai, mobil merangkak pelan menuju garasi, kuhempaskan tubuhku diatas
kasur, pikiranku berkecamuk membayangkan perkataan ibu-ibu tentang menu
baru penuh rahasia tadi, tiba-tiba pikranku menerawang dan melintaslah
bayangan Dion dengan mesra aku merinding, Dion seolah datang dan
memelukku, tangannya mulai membelai punggung dan turun ke pantat.
Diremasnya pelan dan kurasakan benda keras diantara selangkangannya
menempel ketat dibaju senamku, aku kegelian, dan,….. Lambat namun pasti
kurasakan tangannya mulai menyentuh dadaku yang kenyal, kurasakan
pelintirannya membuat pentilku mulai kaku dan keras..
Aku mulai
mengejang, tapi tak dilepas tangannya didadaku bahkan mulai nakal,
tangan kanannya berani menuju selangkanganku dikuaknya kuat-kuat
celanaku sampai kudengar robekan kain Oh,……. Jari-jemarinya membelai
lembut gumpalan daging lunak penuh bulu dan,… Mulutnya tak tinggal diam,
Dion mulai mengeluarkan lidaknya menjilati memekku yang mulai basah,….
Aaaaaahhhhhhh,,,, Zzzzzzzt,….. aku tak kuat menahan, Dion masih terus
menjilat dan menjilat klentitku mulai kaku dan memekku semakin basah
dan,….
Kriiiinngggg,…..
Krrriiiiingggg,…. Suara telepon berdering aku tertegun,…Gila cing aku
bisa membayangkan dengan Dion begitu hebaaat, badanku meriang rasanya
dan satu lagi yang kurasakan basah diselangkanganku. Aku bangun
bermalas-malasan dan kuangkat telepon.
”Hallo,….
Jeng Dini ada”,….. ” Ya saya sendiri, siapa ini ya,…” ”Aduh,…. Masak
lupa saya Rita yang senam tadi,….. Wah sedang apa ini kog kayaknya
malas-malasan saja,…….. Terasa sekali memang agak serak suaraku saat ini
habis membayangkan dengan Dion kering rasanya tenggorakkan.
“Oh,…. Tidak jeng ini lho sedang membersihkan rumah kacau balau gini, kalau jeng Rita sedang apa ini kok tumben telpon saya”
“Jeng Rita apa suami jeng nggak curiga,……..” Belum selesai aku bicara, Rita menimpali dengan amat berapi-api.
Malam larut
aku sangat menginginkan hubungan intim malam ini, kucoba dekati suamiku
dia sudah tertidur lelap tergambar kelelehan diwajahnya tapi memekku
sudah mulai basah ingin dijenguk oleh kemaluan suamiku. Kucoba
membangunkan dia, tapi dia menolak dan hanya kekecewaan yang kudapat
malam ini dan tanpa tersadar aku sudah terlelap.
Suasana
hingar bingar ruang senam kembali kudengar dan kulihat sekeliling
kembali bergerombol sekelompok ibu-ibu yang 3 hari kemarin mengajakku
ikut dalam kelompoknya.

Senam kali
ini aku benar-benar tidak konsentrasi dan bingung apa yang harus aku
lakukan, hampir semua gerakanku tidak ada yang benar. Senam telah
berakhir dan ibu-ibu mengajak menuju tempat yang telah disediakan,
sebuah rumah yang cukup bagus dengan halam luas dibelakang terdapat
kolam renang, aku membuka dengan kunci yang telah disediakan, dan
kulihat ada 3 kamar yang tertutup setelah omong-omong sejenak, beberapa
ibu masuk kamar mandi untuk membersihkan diri tak lama kemudian mereka
ada yang minta diri untuk pulang.
”Begini jeng
Dini itu kuncinya ada lima kan ?… salah satunya kunci diruangan yang
tertutup ini nah nanti kalo jeng Dini sudah siap buka aja kamarnya dan
lihat sendiri deh ada apa disana dan enjoy saja rumah ini aman kog, ini
punya jeng Nanik dan memang khusus untuk kegiatan Arisan ini, kebutuhan
makan dan minum ada di kulkas, dan silahkan saja dinikmati sampai jeng
Dini suka kalo pulang ya langsung aja pulang, kuncinya jangan dibawa lho
jeng,… liriknya menggoda”.
Aku
termanggu mendengarkan ocehan jeng Rita sementara temanya hanya
tersenyum dambil memainkan matanya. Aku semakin bingung bagaimana
nantinya. Tak lama kemudian mereka berdua mohon pamit pulang terlebih
dahulu dan aku tinggal sendirian. Aku bingung melangkah antara iya dan
tidak, aku juga teringat kisah khayalanku dengan Dion,…… aku tercenung
ingin mencobanya, kulangkahkan kaki dengan berdebar Klik,.. !!!! pintu
pertama kubuka tapi kulihat sekeliling tidak ada seorangpun, pintu kedua
kubuka dan,…. Darahku berdesir hebat kuluhat seorang lelaki tegap dan
cukup ganteng dengan kulit bersih memakai T shirt hitam dan celana
pendek biru tua dia tersenyum, aku membalas kecut dan kuurungkan langkah
kakiku masuk kamar tersebut, aku kembali duduk diruang tamu.
Kunyalakan
televisi untuk menepis kegugupanku kuganti channel per channel tapi tak
ada yang menarik tiba-tiba… “Hai ,.. Aku Bandi,.. Kenapa kog tidak
ngobrol didalam saja tadi kan udah buka pintu tak tunggu lho,…..”
pintanya sambil mengulurkan tangan perkenalan.
”Eh,.. e….Aku Dini,,.. Eh… Ah nggak kog Aku cuman pengen tahu aja,” jawabku gugup dan tanganku mulai berkeringat dingin.
Aku diam merasakan dan dia semakin berani,
diselusuri leherku dengan bibirnya,… turun kebahuku,… ditariknya pelan
kaosku sampai kelihatan tali Bh. ku aku tak tahan, disofa aku direbahkan
perlahan, dia tambah semangat, tanpa bicara dia mulai mengupas kulitku
perlahan, tak pernah kurasakan hal ini sebelumnya, aku seolah melayang
kegelian.

Ditariknya
lepas BHku sehingga susuku yang besar seolah melompat keluar dadaku
bandi terkejut melihat besarnya susuku dengan warna kuning langsat
dengan bulatan kecil coklat tua kemerahan serta putting kecil menantang
mulutnyapun menuju putingku… kurasakan lidahnya lincah membuat nafsuku
memuncak, putingku semakin mengeras sesekali kurasakan gigitan kecil
giginya menggores putingku.
Diatas perut
kurasakan ada benda yang membonggol mendesak hebat. Bibirku terasa
habis dilumat bibirnya, sampai aku tak bisa bernafas, aku mulai
berkeringat dan tangan kanannya mulai menuju kearah vagina, diselipkan
diantara pahaku, aku gak kuat kupeluk dia dan dia semakin berani
ditariknya rokku sampai terlepas, ditarik perlahan celana dalamku sambil
tersenyum dan dengan sigap direnggangkannya kakiku sehingga dia dengan
leluasa Bandi melihat memekku yang padat dengan bulu hitam keriting,
tangannya mengocek memekku yang sudah basah.
Dimasukkannya
jari tengah sedangkan ibu jari dan jempolnya membuka jalan dengan
meminggirkan rambut kemaluanku. Klentitku kaku, dijilat dan disedotnya
susuku sampai aku kegelian dan kini kurasakan mulutnya sudah diatas
memekku. Aku semakin geli lidahnya menyapu bersih ruang dalam memekku
yang basah sambil tangan kanannya ikut membantu memainkan.
”Eeeeeeeh… Bandi… aduuuuuh… ” aku mengerang kegelian, tapi dia tidak perduli diteruskannya mempermainkan klentitku.
Aku sudah
tak tahan, dengan berjongkok kududukkan bandi dan aku kaget melihat
benda menggelantung tegak menghadap ke atas disela selangkangannya. Dia
hanya tersenyum memegang leher penis dan digerak-gerakkan dengan
tangannya, kudekati dan kupegang.
Alamak..
tanganku tak cukup melingkar pada penisnya dan panjangnya 2 cm dibawah
pusarnya. Aku geli dan takut melihatnya Hitam, mendongak seperti pisang
ambon besarnya, Kutaksir panjangnya sekitar 17 Cm, sedangkan yang pernah
kurasakan hanya 12 CM.
”Kenapa kok
dilihatin seperti itu?” tanyanya. ”Eh… aku heran kok kayak gini ya…
cukup nggak ya ini lewat punyaku nanti?” Jawabku sambil tetap
memegangnya.

Belum
selesai aku melanjutkan omonganku disorongkakn ujung penisnya kemulutku,
dan ehm… mulutku tak muat menampung semua penisnya kedalam… kurasakan
nikmat juga, selama ini aku tak pernah seperti ini… Sedotanku keluar
masuk penisnya menyembul tenggelem dalam mulutku tangannya juga tidak
diam menggapai semua bagian tubuhku yang sensitif, aku semakin
terangsang. Tak lupa pula Bola penis dua buah menjadi sasaran lidahku,
kurasakan ada cairan bening sedikit cukup manis dan terus kuhisap sampai
mulutku tak mampu lagi menahan.
Tiba-tiba
terlintas dipikiranku bahwa Aku akan berbuat seperti yang di Laser Disk
itu. Ingin merasakan air mani Bandi yang segar nanti akan kuhabiskan.
”Din coba
kamu ngadep belakang dan pegangi ujung sofa itu.” Perintahnya. Aku tidak
menolak, kulakukan perintahnya tiba-tiba kurasakan penis bandi
dipukul-pukulkan pada pantatku aku kegelian.
Diserudukkan
penisnya ke memekku dari belakang sulit sekali.. dia coba lagi dan
gagal. ”Aaaaaaah… seret sekali ya kayak perawan..” omongnya.Aku
semakin tersanjung karena anakku sudah 2 tapi memekku dibilang seret
kayak perawan. Aku berbalik ku bantu bandi dengan mengolomohi penisnya
dengan ludahku tapi masih juga tidak berhasil menembus memekku.
Kulihat
Bandi tidak kehilangan akal diambilnya hand bodi dan dioleskan pada
penisnya yang besar dan perlahan masuk pada vaginaku yang kecil,
kurasakan agak pedih.
”Bandi,..
udah ah… nggak bisa masuk lho…terlalu besar sih,”pintaku. ”Sebentar…
tahan dulu ya… ini udah nyampai sepertiga lho..” Jawabnya sambil
didesaknya vaginaku dengan penis dan… sreeet… sret… sreeeeetttttt.
“AaaaaUUUUUU…”
Aku menjerit kurasakan penis Bandi terasa tembus ke kerongkonganku,
digerak gerakan pantatnya aku kegielian… akhirnya banjir juga vaginaku
dan kurasakan kenikmatan saat penis Bandi maju mundur diruang vaginaku.
Sesekali pantatku ditepuknya untuk menambah semangatku menggenjot
penisnya, susuku dibiarkan bergelantungan bergerak bebas sementara
tangan Bandi sibuk memegang pinggulku memaju mundurkan pantatku. Saat
penis masuk badanku terasa tertusuk geli tak karuan. Sesekali juga Bandi
menciumi punggungku sambil penisnya terus bergerak keluar masuk
memekku. Aku juga berusaha dengan menggerakkan pantatku kiri kanan dan
penis Bandi seakan terjepit diapun mengerang kuat. Dipegangnya susuku
kuat-kuat dan ditarik masukkan penis besar tersebut berulang sampai aku
kelelahan.

Aaaahhhhhh…Dini…
aku mau keluar nih……” Erangnya. ”Sebentar ya……” Kutarik penis Bandi dan
tak kusia-siakan, kumasukkan lagi dalam mulutku sambil kugerakkan maju
mundur tanganku, dan dia semakin kegelian, tak lama kemudian… Creeet….
Creeet.. Creeettt.. kurasakan mulutku penuh dengan tumpahan air mani
Bandi, segar rasanya. Kubersihkan penis bandi dengan mulut dan lidahku
dari air maninya, dipegangnya kepalaku seakan dia tak mau aku membuang
maninya keluar. Dan Bandi tergeletak kelelahan dengan keringat yang luar
biasa.
Kubersihkan
diriku dan kulihat Bandi masih istirahat dengan telanjang. Kuciumi tubuh
Bandi (kini aku tidak malu lagi) perlahan dia tersenyum dan kulihat
penisnya mengecil lemas… kupegang, remas perlahan dan aku masih kurang
nampaknya. Mulutku dengan sigap melahap penis bandi yang lemas itu,
dalam kondisi lemas, masuk semua bagian penis kemulutku, terus
kupermainkan seperti dalam LD yang diputar Bandi tadi. Tak lama kemudian
mulutku sudah tak muat menampung penis bandi untuk kukulum. Akhirnya
kurelakan sebagian batang penis Bandi keluar dari mulutku.

Kugerakkan naik turun pantatku menduduki
pahanya sementara vaginaku sibuk melahap penis Bandi yang kekar dan
angkuh itu. Tangan Bandi sesekali mengucek susuku tak kuhiraupan karena
nikmatnya tak seberapa dibanding dengan penisnya yang mengisi penuh
vaginaku. Kurebahkan tubuhku karena payah sambil kulumat bibir bandi
yang terus mengerang itu dan terus kugoyang pantat sesuai irama nafsuku.
Bandipun demikian. Aku mulai merasakan vaginaku semakin longgar karena
becek basah dan geliku memuncak… Kugigit dada Bandi kuat-kuat untuk
menahan kepuasan dan bersamaan dengan itu pula kudengar erangan Bandi
yang menyatakan bahwa air maninya akan tumpah… Kupercepat menggoyang
pantat karena aku tak mau menyia-nyiakan keadaan ini aku ingin kepuasan
maksimal…… Dan…… Aaaaaaaahhhhhhhhh…… Sreeeeet… Sreeetttt… sreet…

Kurasakan
ada aliran hangat menyemprot vaginaku dan terasa penuh. Bandi masih
mengerang hebat aku gigit dadanya sekali lagi sambil kucakar punggungnya
untuk menahan kenikmatan yang tiada taranya ini. Kuangkat pantatku
pelan-pelan dan masih kulihat sisa-sisa ketegangan dipenis Bandi. Ku
raih
penis itu dan kubersihkan kembali dengan mulut mungilku yang serakah
tiada habisnya melihat penis tegang besar dan keras itu. Bandi pun
tersenyum puas layaknya aku, ciuman mesranya mendarat dujung bibirku,
dan diapun tak mau ketinggalan mengusap vaginaku dengan lidahnya… akup
un geli.
Tak terasa
hari sudah siang. Tak lama kemudian aku pamit dan aku menjadi keterusan
mengikuti acara ibu-ibu itu dengan berganti-ganti pasangan yang hebat.
Sedangkan
hubunganku dengan suami tetap tidak terganggu karena suamiku tidak
pernah minta yang aneh-aneh,… jadi asal aku terlentang dia masuk…
kocek-kocek sebentar selesai. Untuk kepuasan lainnya aku dapatkan dari
yang lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar